Kepercayaan kita sebagai seseorang Muslim yang mukmin diuji oleh Allah Ta’ala dalam banyak episode kehidupan. Kita selalu diuji, apakah iman betul-betul kokoh didalam sanubari atau cuma pernyataan di lisan sampai tidak mewujud dalam amal riil.
Waktu kita tengah sakit, umpamanya, Allah Ta’ala menguji kebenaran kepercayaan kita kepada-Nya dari langkah kita berikhtiar dalam berobat. Ada demikian banyak golongan Muslimin yang terperosok dalam sesat fikir lantaran lebih meyakini dengan janji manusia di banding janji Allah Ta’ala serta Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam.
Kita kerapkali berani membayar dengan angka yang begitu mahal waktu mendatangi dokter. Bahkan juga, ada pasien yang agamanya Islam berani membayar beberapa ratus juta cuma untuk penyembuhan intensif yang dikerjakan sepanjang lima hari lantaran penyakitnya yang serius serta obatnya mahal, namun lupa meniti jalan lain yang direferensikan oleh Allah Ta’ala serta Rasulullah sebagai langkah pengobatan.
Walau ikhtiar disarankan, sejatinya ada hal-hal lain yang betul-betul butuh dikoreksi dalam soal kwalitas iman kita pada Allah Ta’ala.
Diceritakan oleh Ustadz Fatahillah MA di Masjid az-Zikra Sentul Bogor Jawa Barat pada Ahad, 3 April 2016 dalam kultum sesudah shalat Zhuhur, ada seseorang Muslim yang insya Allah baik imannya. Allah Ta’ala mengujinya dengan sakit.
Sesudah memeriksakan diri, dokter berkata kalau dia mesti kembali dalam sekian hari untuk aksi operasi. Dokter berpesan supaya dia membawa duit sejumlah dua puluh lima juta sebagai cost operasi.
Lelaki ini pulang, lantas mempersiapkan duit sejumlah lima puluh juta rupiah. Dua puluh lima juta dia sisihkan untuk dibawa waktu melakukan operasi, dua puluh lima juta yang lain dia berikan. Dia mendatangi fakir miskin, janda, beberapa orang yang memerlukan, anak yatim, serta beragam proyek amal shalih di jalan Allah Ta’ala.
Dia salurkan semuanya, tanpa ada dikurangi satu rupiah juga.
Saat tiba waktunya untuk memeriksakan diri, sang dokter terperanjat bukanlah kepalang. “Sebelum kesini, ayah tentu telah berobat ke tempat lain? ”
“Tidak, Dokter. Saya tak berobat ke mana-mana. ” jawab si pasien.
“Tidak mungkin saja. ” sanggah si dokter.
“Benar, Dokter. Saya tak berobat ke tempat terkecuali ini. Memangnya mengapa? ” bertanya si lelaki.
“Dalam penelusuran yang saya kerjakan baru saja, penyakit ayah telah hilang. Tak ada sisa sedikit juga. ” tutur si dokter yang disambut sujud sukur si lelaki.
Barang kali cerita riil ini terdengar aneh untuk beberapa kita. Berkesan mengada-ada serta kesan yang lain. Walau sebenarnya, bila diliat dengan kaca mata iman seperti dijanjikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam, cerita ini betul-betul berlangsung. Sebab kesembuhan bila lakukan amalan ini segera ditanggung oleh baginda Nabi.
Tidakkah Nabi pernah berkata dengan derajat shahih, “Obatilah orang sakit di antaramu dengan sedekah. ”
Sayangnya, banyak golongan Muslimin yg tidak yakin dengan sabda Nabi serta begitu menggantungkan keyakinan pada tenaga medis.
Wallahu a’lam. Pirman/Kisahikmah
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 coment�rios:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.