<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script> <script> (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({ google_ad_client: "ca-pub-9696442607293939", enable_page_level_ads: true }); </script> 3 Manfaat Hidup dalam Naungan Al-Qur’an - Khazanah news

3 Manfaat Hidup dalam Naungan Al-Qur’an

3 Manfaat Hidup dalam Naungan Al-Qur’an

Di antara nama lain bulan Ramadhan adalah Syahrul Qur’an (Bulan Al-Qur’an). Hal ini bukan semata karena Al-Qur’an diturunkan pertama kali pada Ramadhan, tetapi juga meningatkan umat Islam agar menjadikan Ramadhan sebagai bulan dimana intentsitas dan kulitas interaksi dengan Al-Qur’an senantiasa diperhatikan.

Dalam Fi Zhilalil Qur’an, Sayyid Quthb menjelaskan bahwa hidup di bawah naungan Al-Qur’an adalah kenikmatan yang tidak dapat dirasakan, melainkan oleh orang yang menghayatinya, kenikmatan yang dapat mengangkat derajat manusia, memberikan berkah dan membersihkan kehidupan ini dari segala bentuk kekotoran.

Ramadhan, adalah momentum emas untuk melakukan tadarus dan tadabbur Al-Qur’an. Oleh karena itu kita perlu benar-benar memperhatikan interaksi diri dan keluarga dengan Al-Qur’an. Sebab, Al-Qur’an memberikan banyak manfaat dalam kehidupan diri dan keluarga.

Pertama, kehidupan menjadi terarah

Dengan setiap hari membaca Al-Qur’an, maka kehidupan diri dan keluarga akan kian terarah, dari membaca Al-Qur’an kita akan mengetahui mana yang haq dan bathil, benar dan salah. Dan, kemampuan membedakan hal tersebut adalah hal mendasar yang harus dimiliki oleh setiap Muslim.

Dengan demikian, diri tidak akan mudah tertipu. Menduga banyak harta sebagai capaian kebahagiaan, lantas korupsi. Mengira kebahagiaan dengan menyingkirkan orang lain, lantas hasad, dengki dan sehari-hari diliputi kebingungan bagaimana membuat celaka orang lain.

Lebih dari itu, hidup dalam bimbingan Al-Qur’an akan mendorong diri memiliki akhlak,, adab, dan sopan santun dalam kehidupan, sehingga perilakunya benar-benar dijaga agar jangan sampai dirinya menjadi pelaku kezaliman.

Dalam bahasa lebih umumnya, orang yang hidup dalam naungan Al-Qur’an akan terarah hidupnya dan mendapatkan petunjuk dan pembeda dari Allah Ta’ala.

Pada akhirnya, hidupnya akan terangkat derajatnya, teratur hidupnya, mulika kepribadiannya dan insya Allah akan sampai pada kebahagiaan hakiki dunia-akhirat.

Kedua, memiliki kemampuan untuk mengatasi berbagai persoalan hidup

Jamak dipahami bahwa hidup ini adalah medan persoalan. Tidak seorang pun yang hidup di dunia ini melewati 24 jam sepanjang tahun tanpa permasalahan.

Orang yang tidak menjadikan Al-Qur’an sebagai naungan akan menghadapi kebingungan dalam menghadapi persoalan hidup, hingga mengalami kekalutan, dan terdorong untuk melakukan tindakan-tindakan yang di luar kendali sampai akhirnya semua mengarah pada kerugian diri dan orng lain, lebih buruk lagi kerugian yang bukan saja di dunia, tetapi juga di akhirat.

Sebaliknya, dengan menjadikan Al-Qur’an sebagai naungan dalam kehidupan, hatinya akan diliputi ketenangan meski kala menghadapi beragam kesulitan dan permaslaahan hidup. Karena ia yakin dengan janji Allah.

ۚ وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُ ۥ مَخۡرَجً۬ا (٢) وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُ‌ۚ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُ ۥۤ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَـٰلِغُ أَمۡرِهِۦ‌ۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىۡءٍ۬ قَدۡرً۬ا (٣)

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tak disangka-sangkanya. Dan, barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya.” (QS. Ath-Thalaq [65]: 2 – 3).

Pada saat yang lama, Al-Qur’an adalah obat dan rahmat, sehingga mustahil orang yang hidupnya dalam naungan Al-Qur’an akan dilanda kebingungan apalagi kekalutan.

وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٌ۬ وَرَحۡمَةٌ۬ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ‌ۙ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّـٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارً۬ا (٨٢)

“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. Al-Israa [17]: 82).

Ketiga, hidup menjadi kian bersih

Bersih dari noda-noda batin, yang menjadikan cara berpikir gelap dan gemar melakukan kesalahan demi kesalahan, sehingga tidak lagi sadar bahwa diri telah bergelimang dosa.

Al-Qur’an mendorong diri untuk selalu melakukan proses pembersihan diri (tazkiyatun nafs), sehingga perilaku buruk seperti riya, hadad, iri hati, sombong terhadap orang lain bisa disingkirkan.

Dirinya sadar bahwa perbuatan atau amal yang kotor mengakibat peradaban manusia menjadi sangat rendah, bahkan lebih buruk dari kehidupan binatang ternak. Secara fisi, kekotoran manusia mewujud dalam tingkah laku telah mengakibatkan malapetaka yang tidak ringan.

Perhatikanlah bagaimana perzinahan, homo seksual, dan lesbi mendatangkan penyakit AIDS, termasuk aborsi yang semakin meningkat tajam, dimana tak satu pun induk binatang membunuh janin apalagi anaknya sendiri.

Di dalam naungan Al-Qur’an, hidup akan menjadi bersih, jiwa terdorong untuk mengutamakan keikhlasan, prasangka baik, tawadhu, jujur, tawakkal dan bergantung hanya kepada Allah.

Pikirannya pun menjadi jernih, sehingga yang di kepalanya adalah bagaimana menghasilkan manfaat bagi seluas-luas kehidupan umat manusia dengan dasar iman. Prinsipnya hati yang bersih akan terus mendorong seseorang gemar melakukan amal-amal sholeh.

Semoga di bulan Ramadhan 1438 H ini, kita dapat merasakan nikmatnya hidup di dalam naungan Al-Qur’an. Sebuah kehidupan yang sangat luar biasa akan memastikan diri dan keluarga kita dalam ridha dan jannah-Nya. Aamiin.
Share on Google Plus

About Mei Neja

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 coment�rios:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.