<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script> <script> (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({ google_ad_client: "ca-pub-9696442607293939", enable_page_level_ads: true }); </script> Apakah Mukjizat-mukjizat Yesus Menandakan Sifat Ketuhanannya? - Khazanah news

Apakah Mukjizat-mukjizat Yesus Menandakan Sifat Ketuhanannya?

Ditulis oleh: Dr. Laurence Brown dari leveltruth.com

Sebagian orang mengatakan Yesus memiliki sifat keilahian karena dia melakukan mukjizat. Para penganut Kristen Unitarian dan juga Muslim mempercayai bahwa Yesus memang melakukan mukjizat, tetapi atas kehendak Tuhan dan bukan dari kekuatan yang dimiliki dirinya sendiri. Mari kita lihat ayat dari Kisah Para Rasul 2:22:



"Hai orang-orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu." (Kisah Para Rasul 2:22)

Sesuai dengan ayat Bibel di atas dan Al-Qur’an, umat Islam meyakini bahwa mukjizat Yesus dilakukan atas kuasa Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an,

“(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: "Hai 'Isa putra Maryam, ingatlah ni'mat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) diwaktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan ijin-Ku, kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah) di waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku.” (Quran 5: 110)


walks-on-water
Menurut perspektif Islam, mukjizat diberikan Tuhan kepada Yesus sebagai tanda-tanda kenabiannya, dan bukan berarti dia memiliki sifat ketuhanan. Banyak hadist yang meriwayatkan berbagai mukjizat yang dilakukan Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam dengan kesahihan sejarah yang lebih tinggi daripada yang tercatat dalam manuskrip Bibel. Sementara ilmu menilai kesahihan hadits dianggap sebagai salah satu ilmu yang mengagumkan dalam melestarikan sejarah, di sisi lain, banyak sekali ketidakakuratan sejarah dalam Bibel. * Sebagai contoh, tidak diketahui siapa saja penulis sebagian besar kitab dalam Bibel (termasuk Gospel), tidak jelas pada periode kapan mereka menulis, dan sumber dari informasi-informasi yang terkandung dalam Bibel bersifat ambigu. Masalah-masalah ini pernah saya bahas dalam artikel-artikel saya sebelumnya (lihat bagian akhir dari artikel ini untuk membacanya), tetapi hanya sebagai contoh, mari kita periksa kisah pengkhianatan Yudas kepada Yesus. Siapa penulis kisah tersebut, dan mengapa kita harus percaya padanya? Apakah ia hadir pada saat pengkhianatan itu terjadi? Jika tidak, maka dari mana ia mendapatkan informasi itu? Dan jika dia memang mengetahui informasi itu, namun dia tidak memberitahukan Yesus, maka bukankah dia sama jahatnya  seperti Yudas? Dan kalau demikian, apakah dia bisa dipercaya sebagai penulis Bibel?


Terdengar konyol? Mungkin. Tapi sekali lagi, bukankah lebih konyol untuk mempercayai doktrin penebusan dosa dari berbagai Gospel dan teks-teks yang tidak diketahui asalnya dan penulisnya?
The Jesus Seminar (Seminar Yesus) mungkin adalah salah satu upaya yang paling jujur dan tulus dari dewan ekumenis sarjana-sarjana Kristen untuk menentukan kesahihan/keaslian tindakan-tindakan dan perkataan-perkataan Yesus.

Namun mereka menentukannya melalui voting! Dua ribu tahun setelah misi Yesus selesai, hampir dua ratus sarjana Kristen mengumpulkan suara untuk bersepakat mengenai keaslian perkataan dan sejarah Yesus dengan menggunakan huruf berwarna-warni. Misalnya, sehubungan dengan kata-kata Yesus, penjelasan dari huruf berwarna-warni itu adalah sebagai berikut:


Merah berarti Yesus memang mengatakan hal tersebut atau sesuatu yang mirip dengan itu.
Pink berarti Yesus mungkin mengatakan sesuatu seperti itu, meskipun kata-katanya telah diubah.
Abu-abu berarti hal tersebut bukanlah kata-katanya, tetapi gagasan yang terkandung di dalamnya hampir mirip dengan gagasan Yesus sendiri.
Hitam berarti Yesus tidak mengatakan itu, dan kata-kata tersebut adalah perkataan atau perspektif komunitas Kristen di masa kemudian. [1]
Komite Kristen lainnya telah berusaha untuk menilai keaslian teks Bibel dengan metodologi yang serupa. Para editor dari United Bible Societies yang menulis 'The Greek New Testament: Second Edition’ menggunakan metode sebagai berikut:
Share on Google Plus

About Akun

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 coment�rios:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.