<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script> <script> (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({ google_ad_client: "ca-pub-9696442607293939", enable_page_level_ads: true }); </script> Grup WA Paguyuban Tionghoa Indonesia Sebut Pawai Obor Umat Islam Sebagai Obor Kerusuhan - Khazanah news

Grup WA Paguyuban Tionghoa Indonesia Sebut Pawai Obor Umat Islam Sebagai Obor Kerusuhan

pawai-obor-3-mac_ratio-16x9


pawai-obor-3-mac_ratio-16x9
  Yes  Muslim  - Ujaran provokasi jelang Bulan Suci Ramadhan mulai bermunculan. Salah satunya, di grup WhatsApp (WA) Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) yang menyebut pawai obor umat Islam sebagai obor kerusuhan.

Ujaran kebencian dan provokatif itu berupa penulisan keterangan pada foto Lieus Sungkharisma yang sedang memegang obor bersama umat Islam Jakarta yang berbunyi “monyet lagi bawa obor kerusuhan”. Foto dan caption itu diunggah oleh anggota PSMTI Pusat bernama Lukas Sutardji.

Caption foto yang beredar luar di grup WA itu kontan saja mengundang reaksi keras dari berbagai pihak. Terutama dari para aktivis ormas Islam yang ikut dalam pawai obor tersebut. Mereka menyebut bahwa aksi ini sudah keterlaluan dan menyimpan niat buruk untuk memancing sentimen agama.

Namun begitu, Lieus sendiri mengaku biasa saja. Menurutnya, caption itu ditulis oleh orang yang sesungguhnya tidak tahu makna sejati dari pawai obor ini.

"Saya sudah biasa dikata-katai. Bahkan lebih dari sebutan monyet. Saya tak apa-apa. Saya hanya kasihan saja sama orang itu. Dia menuliskan hal seperti itu di media sosial dan itu membuktikan dia sesungguhnya tak tahu apa-apa," ujar Koordinator Komunitas Tionghoa Antikorupsi

(Komtak) itu dalam keterangannya kepada redaksi, Sabtu (27/5).

Namun demikian, kata Lieus, munculnya caption di grup WA PSMTI itu menjadi sangat menyedihkan karena organisasi sebesar PSMTI ternyata dihuni oleh orang-orang seperti Lukas Sutardji. Apalagi jika dia ternyata adalah pengurus.

"Ini menunjukkan PSMTI ternyata diisi oleh orang-orang yang berpikiran kerdil dan sombong," jelasnya.

Kata dia, meskipun berbeda agama, namun sejak ia mengikuti berbagai Aksi Bela Islam, tak sekalipun ia mendapati adanya kerusuhan di dalam aksi-aksi tersebut.

“Nah, sekarang umat Islam melakukan Pawai Obor untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan dibilang sebagai obor kerusuhan? Ini orang kalau tidak tolol, pastilah sengaja memang ingin memancing keributan,” ujar Lieus.

Padahal, kata Lieus, selama ia mengikuti Pawai Obor tersebut, sepanjang jalan yang dilalui peserta pawai hanya menggemakan takbir dan shalawat nabi.

“Malah para peserta pawai tak segan-segan memungguti sampai di sepanjang jalan yang mereka lalui itu. Lalu dimana kerusuhannya?” tanya Lieus.

Lieus meminta pengurus PSMTI itu segera melakukan klarifikasi dan menghimbau kepada Lukas Sutardji untuk segera meminta maaf kepada umat Islam.

“Permintaan maaf ini penting agar kemarahan umat Islam terhadap orang Tionghoa tidak semakin mengkristal,” pungkasnya.

Ini Kata Lieus Yang Disebut Membawa Obor Kerusuhan



Ujaran provokasi jelang Bulan Suci Ramadhan mulai bermunculan. Salah satunya, di grup WhatsApp (WA) Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) yang menyebut pawai obor umat Islam sebagai obor kerusuhan.

Capture


Ujaran kebencian dan provokatif itu berupa penulisan keterangan pada foto Lieus Sungkharisma yang sedang memegang obor bersama umat Islam Jakarta yang berbunyi “monyet lagi bawa obor kerusuhan”. Foto dan caption itu diunggah oleh anggota PSMTI Pusat bernama Lukas Sutardji.

Caption foto yang beredar luar di grup WA itu kontan saja mengundang reaksi keras dari berbagai pihak. Terutama dari para aktivis ormas Islam yang ikut dalam pawai obor tersebut. Mereka menyebut bahwa aksi ini sudah keterlaluan dan menyimpan niat buruk untuk memancing sentimen agama.

Namun begitu, Lieus sendiri mengaku biasa saja. Menurutnya, caption itu ditulis oleh orang yang sesungguhnya tidak tahu makna sejati dari pawai obor ini.

"Saya sudah biasa dikata-katai. Bahkan lebih dari sebutan monyet. Saya tak apa-apa. Saya hanya kasihan saja sama orang itu. Dia menuliskan hal seperti itu di media sosial dan itu membuktikan dia sesungguhnya tak tahu apa-apa," ujar Koordinator Komunitas Tionghoa Antikorupsi (Komtak) itu dalam keterangannya kepada redaksi, Sabtu (27/5).

Namun demikian, kata Lieus, munculnya caption di grup WA PSMTI itu menjadi sangat menyedihkan karena organisasi sebesar PSMTI ternyata dihuni oleh orang-orang seperti Lukas Sutardji. Apalagi jika dia ternyata adalah pengurus.

"Ini menunjukkan PSMTI ternyata diisi oleh orang-orang yang berpikiran kerdil dan sombong," jelasnya.

Kata dia, meskipun berbeda agama, namun sejak ia mengikuti berbagai Aksi Bela Islam, tak sekalipun ia mendapati adanya kerusuhan di dalam aksi-aksi tersebut.

“Nah, sekarang umat Islam melakukan Pawai Obor untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan dibilang sebagai obor kerusuhan? Ini orang kalau tidak tolol, pastilah sengaja memang ingin memancing keributan,” ujar Lieus.

Padahal, kata Lieus, selama ia mengikuti Pawai Obor tersebut, sepanjang jalan yang dilalui peserta pawai hanya menggemakan takbir dan shalawat nabi.

“Malah para peserta pawai tak segan-segan memungguti sampai di sepanjang jalan yang mereka lalui itu. Lalu dimana kerusuhannya?” tanya Lieus.

Lieus meminta pengurus PSMTI itu segera melakukan klarifikasi dan menghimbau kepada Lukas Sutardji untuk segera meminta maaf kepada umat Islam.

“Permintaan maaf ini penting agar kemarahan umat Islam terhadap orang Tionghoa tidak semakin mengkristal,” pungkasnya.
Share on Google Plus

About Mei Neja

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 coment�rios:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.