<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script> <script> (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({ google_ad_client: "ca-pub-9696442607293939", enable_page_level_ads: true }); </script> Membuka Tabir Kejujuran Hati - Khazanah news

Membuka Tabir Kejujuran Hati

Membuka Tabir Kejujuran Hati

MANUSIA adalah makhluk istimewa dibandingkan makhluk lainnya. Di antara keistimewaan itu manusia diberi hati. Hati inilah yang nanti akan memberikan komando perintah dan larangan, serta bergerak dan diamnya seluruh organ tubuhnya. Organ tubuh hanyalah pasukan yang siap selalu menanti instruksi dari sang pemimpin. Semua organ tubuh berada di bawah perbudakan hati dan di bawah kehendaknya. Dari hatilah manusia berada di atas jalan yang benar, dan penyimpangan itu berasal.

Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Ketahuilah bahwa di dalam tubuh terdapat segumpal darah. Jika ia baik maka baik pula seluruh tubuh, jika rusak, buruk pulalah seluruh tubuh. Ketahuilah, dia itu adalah hati.”

Seorang ulama mengatakan tentang hati ini:

“Jisim yang sangat halus, terletak di dalam hati yang berupa daging, seperti menempelnya sifat pada benda yang disifatinya.”

Dari pengertian di atas dapatlah dipahami bahwa hati yang dimaksud bukanlah semata hati jasmani berupa segumpal daging, yang berbentuk bulat memanjang, berisikan rongga-rongga, dan mengandung darah hitam. Melainkan sesuatu yang sangat abstrak yang tak mudah ditembus oleh kekuatan indrawi. Ia merupakan ihwal ruhaniah.

Setiap mukmin wajib mensyukuri atas nikmat dianugerahkannya hati serta meyakini keagungan di balik penciptaan Tuhan ini. Dengan hati inilah manusia berada pada tingkatan paling tinggi dibanding makhluk lainnya.

Firman-Nya, “Sungguh telah kami jadikan manusia dalam bentuk yang baik.” (QS. At-Tin: 4)

Namun pada sisi lain nilai manusia lebih hina dan lebih buruk daripada binatang, sebagaimana firman-Nya:

“Dan sesungguhnya kami jadikan untuk isi nereka jahanam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf: 179)

Semua aktivitas organ tubuh tidak ada artinya tanpa adanya niat dari hati. Oleh sebab itu, hati kelak akan dipersoalkan dan dimintai pertanggungjawabannya. Karena setiap pemimpin akan ditanyai perihal kepemimpinannya.

Secara obyektif, hati menyadari hakikat ketulusan dan kepalsuan. Bagaimana pun keadaan sebuah amal yang dilakukan, maka hati yang mengetahui kapasitas amal itu. Sebab hati akan selalu menempati posisi yang pertama menanggung berbagai resiko dari seluruh perbuatan yang dilakukan. Karena hakikat kejujuran berupa kebaikan atau keburukan, kesenangan atau kesusahan, berada dan berkisar dalam hati. Ada pepatah mengatakan, “hati tak pernah berbohong.”*/Sudirman STAIL (sumber buku: Benalu-benalu Kalbu, penulis: Haris Firdaus)
Share on Google Plus

About Mei Neja

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 coment�rios:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.